UJI VALIDITAS, RELIABILITAS, DAN DAYA BEDA
1.
UJI VALIDITAS
Validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukam fungsi ukurannya (Azwar 1986). Selain itu validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang benar-benar variabel
yang hendak diteliti oleh peneliti (Cooper dan Schindler, dalam Zulganef, 2006). Uji validitas adalah
uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam
suatu mengukur apa yang diukur. Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas
digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner.
Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Suatu tes dapat dikatakan memiliki
validitas yang tinggi jika tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud
dikenakannya tes tersebut. Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan
dengan tujuan diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas
rendah.
Rumus Uji
Validitas:
2.
RELIABILITAS
Menurut Sugiono (2005) Pengertian
Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang
memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu
dilakukan secara berulang. Reliabilitas tes adalah tingkat keajegan
(konsitensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk
menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada
situasi yang berbeda-beda.
Rumus
Reliabilitas:
3.
DAYA BEDA
Daya pembeda soal yaitu
kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi
dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda disebut indeks diskriminasi ( D), dan nilainya berkisar antara 0,00
sampai 1,00. Pada daya pembeda ini berlaku tanda negatif yang digunakan jika
sesuatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas testee yaitu anak pandai disebut
bodoh dan anak bodoh disebut pandai.
Dengan demikian ada tiga
titik pada daya pembeda yaitu:
Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh
siswa kemampuan tinggi dan siswa kemampuan rendah, maka soal itu tidak baik
karena tidak punya daya pembeda. Demikian juga jika semua kelompok bawah
menjawab salah dan siswa berkemampuan tinggi juga sama-sama menjawab salah,
maka soal itu tidak mempunyai daya beda sama sekali. Cara menentukan daya
pembeda (nilai D). Cara
menentukan daya pembeda ( nilai D )yaitu perlu dibedakan antara kelompok kecil
( kurang dari 100 ) dan kelompok besar (100 orang ke atas).
Rumus
daya beda :
Komentar
Posting Komentar