CIRI-CIRI TEST DAN PENYUSUNANNYA

 A.      Ciri-Ciri Tes Yang Baik

Menurut Suharsimi Arikunto suatu tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi lima persyaratan, yaitu :

1.         Validitas

          Kata  valid  sering  diartikan dengan : tepat, benar,  absah dan shahih. Jadi  kata  validitas ketepatan,  kebenaran, keabsahan. Apabila  dikaitkan  dengan fungsi  tes sebagai  alat  pengukur  maka  sebuah  tes  dikatakan  valid apabila   alat  ukur tersebut  dapat dengan tepat mengukur apa yang  hendak diukur atau diungkap  lewat  tes  tersebut. Jadi  tes  hasil  belajar dapat  dinyatakan valid  (alat pengukur  keberhasilan) dengan  secara  tepat dapat  mengukur atau  mengungkap hasil-hasil  belajar  yang  telah  dicapai  oleh  peserta  didik setelah  menempuh  proses  belajar mengajar  dalam  waktu  tertentu.

2.         Reliabilitas

          Kata reliabilitas dari kata reliability (Inggris) yang  artinya  dapat dipercaya. Tes yang reliable  jika memberikan hasil  yang tetap (consistent) apabila diteskan berkali-kali. Jika kepada siswa diberikan tes yang sama yang  pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan rangking  yang  sama tetap (ajeg)  dalam  kelompoknya. Validitas berhubungan dengan ketepatan  sedangkan reliabilitas  berhubungan dengan ketetapan  atau keajekan.

          Sebuah  tes  dikatakan  relibel  apabila  hasil-hasil pengukuran  yang  dilakukan dengan  menggunakan  tes tersebut  secara  berulang  kali  terhadap subyek  yang  sama  hasilnya  tetap  sama atau  sifatnya  stabil.[3] Yang dimaksud  Stabil disini  yaitu  tetap  berada  pada  urutan  kelompoknya  ketika  tes dilakukan berulang-ulang meskipun  terjadi  perubahan  nilai   secara keseluruhan oleh  kelompoknya    tetapi  pada  posisi  urutan  rangkingnya    tetap atau berubah  tetapi perubahannya tidak  berarti.

          Jadi  penekannanya  bukan  pada  tetapnya  nilai  tetapi   pada tetapnya   posisi  urutan  nilai  atau rangking dalam kelompoknya. Walaupun  tampaknya  hasil  tes  pada  tes  kedua lebih baik karena kenaikannnya  dialami  oleh  semua  siswa  maka  tes  yang  digunakan dapat  dikatakan  memiliki  reliabilitas yang  tinggi. Kenaikan hasil  yang  kedua  bisa  jadi  disebabkan  adanya  pengalaman yang  diperoleh  pada  waktu  mengerjakan tes pertama.

3.         Objectivitas

          Objektif  berarti  tidak adanya unsur pribadi  yang mempengaruhinya bukan subjectif.  Sebuah tes dikatakan memiliki objectivitas apabila  dalam melaksanakan tes tidak  ada faktor subjectif yang mempengaruhi terutama dalam sistem skornya.

          Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objectivitas menekankan ketetapan (consistency) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes. Ada 2 faktor  yang mempengaruhi subjectivitas  dari sesuatu tes yaitu  bentuk tes  dan penilai :

a.        Bentuk  Tes

   Tes  yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada sipenilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Untuk  menghindari  masuknya  unsur  subjektivitas  dari  penilai  maka sistem skoringnya  dapat  dilakukan  dengan cara  sebaik-baiknya antara  lain lain dengan  membuat  pedoman skoring terlebih  dahulu.

b.        Penilai

   Subjectivitas  dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian. Faktor-faktor  yang mempengaruhi subjectivitas  antara lain kesan penilai terhadap siswa, tulisan bahasa, kelelahan untuk menghindari subjektivitas maka harus mengacu pedoman terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas.

   Sedangkan  Menurut  Prof. Drs. Anas  Sujiono  Suatu tes  belajar  dapat  disebut  tes  belajar  yang  obyektif  apabila  tes tersebut  disusun dan dilaksanakan  menurut  apa adanya. Ditinjau  dari  segi  isi  atau  materinya artinya  bahwa  materi  tes  diambilkan atau  bersumber  dari  materi  atau  bahan  pelajaran  yang  telah  diberikan  sesuai  dengan instruksional  khusus  yang  telah  ditentukan atau  bahan  pelajaran  yang  telah  dipelajari  oleh  peserta  didik  yang  dijadikan  acuan  dalam  penyusunan  hasil belajar  tersebut.

4.         Praktibilitas (Practibility)

Sebuah  tes  disebut memiliki  praktibilitas  yang  tinggi apabila  tes tersebut bersifat praktis, Tes yang praktis adalah tes yang :

a.         Mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa  mengerjakan terlebih  dahulu bagian yang dianggap mudah. Karena bersifat  sederhana dalam arti  tidak  memerlukan peralatan  yang  sulit pengadaannya.

b.        Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu dilengkapi kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan atau diawali orang lain.

c.         Dilengkapi  dengan petunjuk-petunjuk  yang  jelas  sehingga  dapat  diberikan atau  diawasi  oleh  orang  lain

5.         Ekonomis

          Pelaksaan tes tersebut  tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak serta waktu yang lama.

 

B.       Penyusunan Test

Beberapa istilah yang berhubungan dengan tes.

a.         Tes

Adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

b.         Testing

Adalah saat waktu tes itu dilakukan.

c.         Testee

Adalah responden yang sedang mengerjakan tes.

d.         Tester

Adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden.

Tugas tester antara lain ;

1.             Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan.

2.             Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengerjakan.

3.             Menerangkan cara mengerjakan tes.

4.             Mengawasi responden mengerjakan tes.

5.             Memberikan tanda-tanda waktu.

6.             Mengumpulkan pekerjaan responden.

7.             Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan ( jika ada ).

Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang baik,yaitu:

1.         Pengembangan spesifikasi tes

Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan.

2.         Penulisan soal

3.         Penelaahan soal

Yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.

4.         Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan dibakukan.

5.         Penganalisisan hasil uji coba.

6.         Pengadministrasian soal

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arikunto  Suharsimi,  Dasar- Dasar  Evaluasi  Pendidikan, Jakarta : PT. Bumi  Aksara,Edisi  Revisi 2002

Sudijono  Anas, Pengantar  Evaluasi  Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo  Persada, 1996

Putro  Widoyoko  Eko, Evaluasi  Program  Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka, Pelajar, 2009

 Mudjijo. Tes Hasil Belajar. Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Purwanto Ngalim  , Prinsip-Prinsip  Dan Teknik  Evaluasi  Pendidikan , Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994

Amir Daien Indrakusuma. 1993. Evaluasi Pendidikan. Malang: Penerbit IKIP Malang.

Dewa Ketut Sukardi. 1997. Analisis Tes Psikologis. Jakarta: Rinneka Cipta.

Purwanto, Ngalim. 1984. Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

http://trenndeirasaid.blogspot.com/2012/05/makalah-masalah-tes-evaluasi.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UJI VALIDITAS, RELIABILITAS, DAN DAYA BEDA